Jumat, 13 Desember 2013

Tolak Manuver PKS Siasati Kolom Agama KTP

Dirjen Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri, Irman, mengatakan dalam acara sosialisasi Undang-undang No 23 Tahun 2006, jangan mengkhawatirkan identitas agama di e-KTP kita.

“Kalau memang tidak menganut satu dari enam agama yang ada, tulis saja jenis kepercayaannya, dan kalau memang tidak beragama, kosongkan saja,” tutup Irman.

Tapi, Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid tidak sepakat dengan aturan dalam Undang-Undang Administrasi Kependudukan yang menyatakan, kolom agama di KTP boleh dikosongkan. Dia menilai, aturan ini berpeluang dimanfaatkan oleh orang yang ingin membuat agama baru.

Kamis, 12 Desember 2013

Sufi Pun Butuh Hubungan Seksual

Al-Junaid al-Baghdadi, seorang imam besar dalam tasawuf pernah berkata: "Aku membutuhkan seks, sebagaimana aku butuh makan." Mengapa al-Junaid mau-maunya berkata begitu?

Tentunya, al-Junaid bukan orang yang memori otaknya dipenuhi seks atau malah seks maniak. Coba baca saja, kata-kata al-Junaid tersebut telah disyarahi oleh al-Ghazali. Kata al-Ghazali, di dunia ini ada satu kenikmatan yang nyaris menyamai kenikmatan surga, yaitu kontak seksual (mujama'ah).

Rabu, 11 Desember 2013

Gambaran Surga menurut Gusur (sahabat Lupus)

Mas Gusur tergolong teman favoritku di Facebook. Aku suka tulisan2nya yang selalu cerdas & seringkali humoris. Namun yang paling kusuka dari dia di media sosial ini adalah gayanya.

Dia tidak bergaya sebagai pembicara tunggal seperti komikus Stand Up Comedy yang biasanya membuat aku kagum dan sekaligus iri. Dia bergaya sebagai pendengar majemuk, seolah-olah menjadi seperti kita semua. Dengan begitu, kita pun bisa bercermin, melihat diri sendiri sejujur-jujurnya, dalam menggauli tulisan-tulisannya.

Lantaran kelihaiannya itu, mas Gusur sebenarnya lebih pantas kujadikan tempat bertanya dan bukan sebaliknya. Maka aku, si Profesor Idiot, merasa mendapat kehormatan sebesar durian runtuh ketika tadi dia bertanya kepadaku: "kok iming2 kenikmatan surga digambarkan begitu rupa? Bukan hanya terkesan mesum, tapi juga menjurus diskriminatif...?"

Senin, 09 Desember 2013

Menghakimi PKS & Luthfi Hasan Ishaaq

Hari Antikorupsi Internasional tahun ini dirayakan dengan istimewa. Hari ini, untuk pertama kalinya di Indonesia, seorang presiden (ketua umum) partai politik mendapat vonis pengadilan lantaran kasus korupsi dan tindak pidana pencucian uang. Ya, hari ini vonis 16 tahun penjara dan denda semilyar rupiah dijatuhkan kepada Luthfi Hasan Ishaaq (LHI). Beliau ini presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang terpaksa mengundurkan diri dari jabatan politiknya itu gara-gara kasus tersebut.

Apakah vonis tersebut adil? Bukan soal ini yang hendak aku komentari. Aku kurang mengerti soal hukum di Indonesia. Apakah vonis tersebut sudah adil ataukah belum, biarlah para pakar hukum yang membicarakannya. Aku enggan ikut-ikutan menghakimi beliau di ranah hukum.

Akan tetapi, sebagai seorang rakyat kecil yang memiliki hak pilih dalam pemilu (pemilihan umum) Indonesia, aku merasa berhak menghakimi beliau di ranah pribadi. Aku berhak menilai apakah LHI dan para tokoh partainya, yaitu PKS, layak untuk menjadi wakil rakyat yang mewakili diriku selaku rakyat. Untuk melakukan penilaian ini, kupakai tiga kriteria: harta, tahta, dan "wanita".

Surat Terbuka untuk Semua Teman Facebook-ku

Semoga kesejahteraan, kasih-sayang Tuhan, dan karunia-Nya senantiasa dilimpahkan kepadamu.

Kau tentunya sudah tahu, kemarin aku mengucap "Selamat Tinggal, Sobat!". Kulihat, tanggapan kalian beraneka-macam.